Metrosultra.id – Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi luar biasa dalam sektor perikanan, terutama budidaya rumput laut. Dengan jenis Eucheuma Cottonii dan Eucheuma Spinosum sebagai komoditas unggulan, Bombana telah mencatatkan produksi rumput laut kering sebesar 2.546 ton pada tahun 2023. Angka ini menunjukkan pentingnya sektor ini sebagai penggerak ekonomi lokal dan penyumbang signifikan pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Namun, seperti diungkapkan oleh Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bombana, Ir. Muhammad Siarah, M.Si, tantangan besar masih dihadapi oleh pembudidaya. Kendala utama terletak pada keterbatasan modal kerja, terutama untuk penyediaan sarana dan prasarana, bibit, serta pemeliharaan kebun. Selain itu, faktor lingkungan perairan dan musim sering kali memengaruhi kesuburan serta kualitas rumput laut. Ditambah lagi, sistem rantai produksi yang melibatkan pengumpul sebagai pemodal menyebabkan pembudidaya tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam penentuan harga.
“Rumput laut merupakan komoditas penting dalam industri agar-agar dan karagenan dengan kebutuhan yang sangat besar. Ironisnya, harga yang diterima pembudidaya masih relatif rendah dibandingkan harga ekspor,” ungkap Ir. Muhammad Siarah.
Untuk menjawab tantangan ini, Pemerintah Kabupaten Bombana, melalui Dinas Perikanan, berkolaborasi dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam rangka mendukung akses reforma agraria bagi pembudidaya rumput laut. Salah satu inisiatif utamanya adalah sertifikasi aset berupa bidang tanah milik pembudidaya. Sertifikat ini memberikan akses bagi mereka untuk memperoleh modal melalui kredit usaha tanpa bunga yang difasilitasi oleh Pemerintah Daerah. Program ini diharapkan mampu memberikan kemandirian ekonomi bagi pembudidaya.
“Kita bersyukur pimpinan daerah memberikan perhatian besar pada ekonomi kerakyatan dengan menyediakan kredit usaha tanpa bunga. Dengan sertifikat aset, pembudidaya dapat memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan usahanya,” tambahnya.
Langkah inovatif lainnya adalah diversifikasi produk rumput laut. Melalui program peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) pembudidaya, pemerintah daerah berkomitmen untuk mendorong terciptanya produk turunan rumput laut yang bernilai tambah. Dalam hal ini, Dinas Perikanan akan memasukkan program pemberdayaan ke dalam agenda tahunan, sedangkan BPN akan mendukung melalui pelatihan dan pendampingan intensif.
Salah satu fokus utama adalah memperkenalkan teknologi modern dalam proses budidaya, mulai dari teknik penanaman yang efisien hingga pengelolaan pascapanen yang lebih optimal. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi sehingga mampu bersaing di pasar internasional.
Kolaborasi ini juga menjangkau wilayah-wilayah potensial di Kecamatan Poleang Selatan, Poleang Timur, Poleang Tenggara, Kabaena Barat, Kabaena Timur, Mata Oleo, dan Masaloka Raya. Dengan melibatkan seluruh pihak terkait, pengembangan rumput laut di Bombana diharapkan dapat berjalan berkelanjutan dan menjadi pilar ekonomi yang kokoh.
Sebagai penutup, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Bombana menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, pembudidaya, dan sektor swasta. “Keberlanjutan budidaya rumput laut tidak hanya bergantung pada inovasi teknologi tetapi juga pada komitmen semua pihak untuk mendorong ekosistem ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.”
Dengan berbagai langkah progresif ini, budidaya rumput laut di Bombana diproyeksikan mampu menjawab tantangan era modern sekaligus memberikan manfaat nyata bagi kesejahteraan masyarakat setempat.